Assalamu'alaikum.
Tabik pun,
Tantangan melatih kemandirian
Bunda Sayang Ibu Profesional sudah dimulai pada 1 Oktober 2020 yang lalu. Namun
saya baru memulai menuliskan jurnal tantangan setelah hari ke-8. Saya memang
sudah lama melatih kemandirian anak-anak. Meski demikian mendokumentasikan atau
menuliskannya ke dalam jurnal barulah hari ini. Lebih baik terlambat daripada
tidak sama sekali. Lagipula, bukan bermaksud menunda-nunda mengumpulkan laporan
hasil tantangan yang sudah dilakukan. Saya memang masih belum bisa menyesuaikan
diri dengan dinamika situasi pandemi Covid-19, seperti yang sudah pernah saya
ceritakan sebelumnya, manajemen waktu dan emosi saya masih berantakan.
Memiliki tiga orang anak yang
ketiganya masih berada di rentang usia 0-6 tahun memang butuh kesabaran yang
tinggi. Jika pada tantangan sebelumnya, yaitu Komunikasi Produktif saya
melibatkan si sulung, untuk tantangan Melatih Kemandirian ini saya melibatkan
anak kedua saya. Saya menganggap si sulung sudah cukup mandiri untuk anak
seusianya, meskipun terkadang dia bersikap manja. Awalnya saya memang ingin
melibatkan si sulung untuk melatih kemandirian dalam hal uang. Saya ingin dia
mulai mengetahui makna uang dan bagaimana cara mendapatkan uang. Karena si
sulung memang masih belum terlalu mengerti bagaimana menghargai uang maupun
benda yang dia beli. Akan tetapi setelah saya pertimbangkan kembali, akhirnya
si tengah yang dilibatkan dalam tantangan ini.
Bagi saya melatih kemandirian bukan hanya untuk bekal dia saat orang tuanya sudah tiada, tapi juga sebagai bekal dia menghadapi masa depannya. Mbak M pada bulan Oktober ini genap berusia 5 tahun. Saya sudah melatihnya mandiri untuk beberapa pekerjaan. Mbak M termasuk anak yang manja dan dia pintar merayu orang-orang yang ada di sekitarnya agar mengikuti apa yang dia inginkan. Dia juga termasuk tipe yang memiliki ketetapan hati yang kuat, sehingga sedikit sulit untuk bernegosiasi terhadap keinginannya. Dia butuh waktu yang lama saat mandi, mengenakan pakaian, atau makan sendiri. Dengan situasi ini kadang orang di sekitarnya greget dan akhirnya membantu bahkan menggantikan pekerjaan yang seharusnya dia lakukan sendiri.
Temuanku
Pagi ini Mbak M masih belum bisa
bangun lebih pagi. Setelah bangun tidur, butuh beberapa waktu untuk beranjak
dari tempat tidur. Seperti biasa, setelah bangun, saya memintanya untuk mandi.
Strong why
Mandi sendiri mengajarkan
pentingnya menjaga kebersihan terutama kebersihan tubuh. Selain melatih
kemandirian, mandi sendiri juga bisa meningkatkan rasa percaya diri pada anak
untuk melakukan banyak hal.
Strategi untuk melatih kemandirian
Saya memberikan pemahaman bahwa
mandi bisa membuat badan sehat dan segar.
Mbak M sudah 5 tahun harus mulai membantu meringankan pekerjaan umminya.
Dengan mandi sendiri, maka Mbak M sudah membantu umminya.
Sukses apa aku hari ini
Mbak M mandi sendiri meski
dibantu oleh saya.
Tantanganku saat ini
Mbak M bersikeras tidak mau mandi
sendiri. Akhirnya saya sedikit mengalah. Saya membantunya mandi, lalu saya
memintanya untuk menggosok gigi. Saya tinggalkan dia untuk melanjutkan memasak.
Kemudian dia dengan leluasa bersenandung sambil menggosok gigi
Ingin sukses apa esok hari
Semoga esok bisa lebih baik lagi.
Saya bisa lebih meninggikan daya tawar saya dalam bernegosiasi sehingga dia mau
mandi sendiri.
Rasaku hari ini
Perasaan saya hari ini sedikit
kecewa karena saya masih belum bisa menemukan cara agar Mbak M mau mandi
sendiri tanpa bantuan umminya.
Respon ananda
Mbak M senang karena umminya mau
membantunya mandi dan bisa bersenandung sambil menggosok gigi.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. Silakan berkomentar yang sopan ya :)
Jangan lupa follow IG @ummi_lilihmuflihah dan Twitter @UmmiLilih