Assalamu’alaikum
Tabik pun,
Masih tentang tugas Pra-Bunsay Ibu
Profesional. Kali ini saya akan menuliskan beberapa hal berkaitan dengan tugas
tersebut. Setelah melewati Wahana Istana Pasir,
Wahana Surfing, Wahana Wake Boarding, dan sekarang Wahana Diving. Di wahana ini, kami diajak untuk
merasakan ketenangan yang hadir saat menyelam di bawah laut. Saya memang belum pernah merasakan secara
langsung rasanya melaukan kegiatan tersebut, namun setidaknya saya tahu dari
cerita orang-orang yang pernah melakukannya. Diving berarti menyelam, di sini kami diajak untuk lebih dalam
menyelami diri sendiri. Menyelami diri untuk memahami siapakah aku.
Sedikit
tentang Aku
Saya adalah seorang ibu yang memilih untuk menjadi ibu yang bekerja di ranah publik. Memang tidak mudah dan butuh energi yang luar biasa untuk melaluinya. Saya memahami bahwa setiap pilihan pasti memiliki risiko dan setiap orang punya kondisi dan situasi yang berbeda. Saya pernah berada dalam kondisi yang hampir putus asa karena si sulung yang saat itu berusia 2 tahun lebih nyaman bersama kakak ipar saya, yang sering mengasuhnya jika saya pergi bekerja. Ketika itu saya semakin tidak berdaya karena curhat pada orang yang salah. Dia menghakimi saya karena dianggap menyalahi kodrat sebagai ibu. Bukan solusi yang saya dapatkan, malah kesedihan dan kegelisahan yang saya dapatkan. Kemudian akhirnya, saya menyadari bahwa setiap orang memiliki pandangannya sendiri terhadap sesuatu.
Seiring berjalannya waktu, banyak kisah yang
membuat saya semakin banyak belajar. Saya menemukan formula yang pas atas
pilihan menjadi ibu yang bekerja di ranah publik. Semua berjalan aman
terkendali. Saya mengerjakan semua urusan pekerjaan di luar rumah dan setelah
samapai di rumah, saya fokus pada tugas saya sebagi istri dan seorang ibu.
Anak-anak dan suami juga tampak bahagia. Setiap ada kesempatan kami selalu
berbagi cerita apa saja. Setiap hari saya juga memasak, menyiapkan bekal untuk
suami dan anak-anak. Pekerjaan domestik tak pernah terabaikan, meski tanpa
asisten rumah tangga. Saya dan suami memang berkomitmen untuk bekerja sama
dalam segala hal.
Sampai akhirnya Covid-19 merusak tatanan yang
sudah saya buat. Semua urusan terpusat di rumah, bekerja dari rumah, sekolah
dari rumah. Saya nyaris kewalahan menghadapi situasi ini. Saya hampir tidak
bisa tidur dengan nyenyak, belum lagi menghadapi kondisi anak-anak yang bosan
di rumah saja. Ditambah juga dengan perfeksionis yang melekat pada diri saya. Emosi
saya akhirnya menjadi tidak stabil. Kelelahan yang mendera membuat pikiran
tidak bisa terbuka dan hati pun menjadi sempit. Rasanya ingin marah-marah,
meluapkan semua yang ada di pikiran dan apa yang dirasakan. Namun sekali lagi
saya belajar dari keadaan, manajemen waktu dan emosi adalah dua hal yang perlu
diutamakan. Saya pernah melalui berbagai hal dan kali ini saya pasti dapat
melaluinya dengan baik.
Ibu
Profesional dan Aku
Saya bersyukur karena mengenal Ibu
Profesional. Dulu, sebelum mengenal Ibu Profesional, saya memang pernah
mengalami fase nyaris putus asa, seperti yang saya ceritakan sebelumnya, bukan
karena masalah yang utama terjadi, namun karena saya salah berbagi cerita
dengan seseorang. Kala itu saya memang merasa sendiri. Saya merasa malu jika
bercerita pada orang-orang yang kenal dekat karena ini adalah aib. Akhirnya
malah bercerita pada orang yang baru saja saya kenal. Setelah bergabung di Ibu
Profesional, ada energi baru yang memenuhi ruang diri saya. Saya mengenal banyak
orang dengan beragam latar belakang, saya banyak belajar dari mereka bahkan
tanpa harus bertatap muka secara langsung. Ada grup WA yang setiap hari
menyapa, apalagi sekarang ada grup FB Ibu Profesional yang di mana saja dan
kapan saja bisa dilihat, yang memberikan postingan bermanfaat sehingga
memberikan energi positif yang luar biasa. Di Ibu Profesional bukan bertujuan
menduplikasi Ibu Septi, namun menemukan keunikan pada diri seorang ibu.
Ibu Profesional memberikan sisi lain dalam
melihat sesuatu. Ada hal yang sangat berbekas dalam pikiran saat saya
mendengarkan salah satu video Bu Septi, yaitu belajar bahagia. Belajar bahagia
bukanlah hal yang baru, namun saya sering abai terhadap itu. Saya sering
melakukan sesuatu demi kebahagiaan orang lain tanpa memperdulikan kebahagiaan diri,
sehingga kadang overload pekerjaan
yang mengundang kelelahan yang sangat. Belajar bahagia atas apa yang dilakukan
tampak mudah dikatakan, akan tetapi tidak mudah untuk dilakukan. Apalagi jika
memiliki standar kebahagiaan yang terlalu di awang-awang, sulit digapai.
Padahal kebahagiaan tidak melulu berdasarkan kemewahan, kebahagiaan tidak juga
diukur dari penilaiain orang lain. Kebahagiaan terletak pada apa yang
dirasakan. Kebahagiaan merupakan salah satu bentuk syukur atas nikmat yang
diberikan oleh Allah Yang Maha Pemurah. Sampai saat ini pun, saya masih belajar
bahagia.
Ibu profesional merupakan tempat untuk tumbuh
kembang para ibu secara bersama-sama. Para ibu saling menyemangati untuk terus
mengembangkan diri sesuai dengan potensi dan kondisi masing-masing. Saya
berharap bisa terus berkembang menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Saat ini
saya memilih untuk menjadi ibu yang bekerja di ranah publik dan saya harus
belajar untuk bahagia atas pilihan itu. Saya memiliki angan-angan untuk berbuat
sesuatu di lingkungan tempat saya tinggal, semoga bisa terlaksana dengan
segera. Selain itu, ada juga keinginan berperan di komunitas Ibu Profesional,
agar lebih banyak lagi para ibu yang merasakan manfaat dari keberadaan Ibu
Profesional.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. Silakan berkomentar yang sopan ya :)
Jangan lupa follow IG @ummi_lilihmuflihah dan Twitter @UmmiLilih