Ibu saya merupakan anak pertama dari 9 bersaudara. Sebenarnya anak nenek ada 13 tapi yang hidup hanya 9 orang. Untuk mempererat tali silaturahim, kami mengadakan arisan keluarga yang anggotanya adalah adik-beradik ibu saya beserta anak-anak mereka. Kami memang keluarga besar. Karena nenek dan kakek sudah tiada, kami memang jarang berkumpul. Setahun sekali bertemu jadilah, untuk melepas rasa rindu, berbagi cerita dan pengalaman. Apalagi keluarga besar kami tersebar di berbagai daerah baik itu di Lampung maupun di luar Lampung.
Idul fitri tahun ini ibu saya yang menjadi tuan
rumah arisan namun saya tidak akan bercerita tentang kisah arisan di Bandar
Lampung. Saya akan berbagi kisah arisan tahun yang lalu. Tahun lalu, sepupu
saya yang di Kalirejo, Lampung Tengah yang menjadi tuan rumah.
Perjalanan dimulai dari Bandar Lampung, dari rumah
ibu saya. Kami menyewa mobil. Sebenarnya, bukan kali pertama kami ke sana.
Beberapa kali kami pernah ke sana. Itu adalah perjalanan terjauh pertama bagi
anak kedua saya. Perjalanan ke sana memakan waktu kurang lebih dua jam. Saat
itu anak saya belum genap setahun dan kakaknya hanya berjarak setahun setengah
lebih tua dari adiknya. Rentang usia yang
dekat antara kakak dan adik memang sedikit merepotkan. Butuh kerjasama antara
ayah dan ibu. Tentu saja saya juga harus mempersiapkan segala keperluan kakak
beradik itu dengan baik agar perjalanan menjadi nyaman. Oia saya ingat cerita
dosen saya, jadi saat mereka dalam perjalanan, bayi yang bersama mereka
menangis keras. Ternyata bukan karena lapar atau haus tapi si bayi merasa
gerah. Nah saya ingat akan hal itu, saya pakaikan pakaian yang menyerap
keringat dan tidak tebal pada anak-anak. Selain itu ada beberapa perlengkapan
yang memang harus dibawa saat dalam perjalanan.
Perlengkapan yang harus dibawa saat berpergian
dengan bayi dan batita:
- Untuk si adik, ASI perah beku dalam botol yang ditaruh dalam wadah yang bisa menahan dingin.
- Untuk si kakak, susu kotak UHT
- Termos berisi air panas
- Gelas plastik untuk merendam botol ASI perah
- Popok, tisu basah, dan losion bayi
- Tisu kering atau handuk kecil
- Pakaian ganti
- Makanan bayi untuk si adik
- Cemilan untuk si kakak
- Kantong plastik
Sebelum berangkat kami sudah memutuskan untuk ke
Kalirejo lewat Pringsewu. Melewati daerah Kemiling kemudian perbatasan Bandar
Lampung dan Pesawaran. Melewati Gedong Tataan dan Gading Rejo. Perjalanan kali
itu sungguh saya nikmati, apalagi setelah menikah, saya memang sudah jarang
sekali melakukan perjalanan jauh. Saya jadi ingat, dulu saat kecil, saya sering
bersama almarhum ayah pergi ke Talang Padang mengendarai motor Vespa. Ke Talang
Padang juga melewati jalan ke arah Pringsewu. Motor vespa itu sudah dijual dan
sekarang berada di rumah tujuan perjalanan kami.
![]() |
Tugu Selamat Datang Pringsewu Sumber https://ridhoisnanto01stmikpringsewu.wordpress.com |
Saat masuk wilayah Pringsewu ada tugu selamat datang
yang berupa bambu kuning yang melengkung. Pringsewu artinya seribu bambu. Pringsewu
merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung, hasil pemekaran dari
Kabupaten Lampung Selatan. Melewati Pringsewu mengingatkan saya akan sebuah
kenangan. Saya pernah diajak untuk menghadiri sebuah acara kemudian selesai
acara, kami dan rombongan lainnya mampir bertemu dengan bupati dan istrinya.
Pernyataan saya ini sungguh tidak ada unsur politik, saya hanya kagum dengan
istri bupati yang begitu ramahnya mempersilakan kami masuk dan menyuruh kami
makan. Dia tidak canggung makan bersama dengan banyak orang dengan duduk di
lantai dan menggunakan tangan untuk menyuap, tidak menggunakan sendok maksud
saya. Dari sorot matanya dan gerak tubuhnya, dia tampak sederhana, tidak
terkesan dia adalah orang penting yang harus kami sanjung.
Tugu at Sumber: http://mtktik.blogspot.co.id |
Perjalanan terus berlanjut. Kami sempat berhenti di
pasar Kalirejo karena sedikit lupa dengan arah tujuan. Setelah ingat, kami
melanjutkan perjalan. Sebelum sampai tujuan kami disuguhi pemandangan bata-bata
bertumpuk di sekitar rumah-rumah penduduk. Di daerah yang kami lewati juga ada
kerupuk-kerupuk yang dijemur di depan rumah-rumah penduduk. Kalirejo merupakan
salah satu kecamatan di Lampung Tengah yang penduduknya ada yang memproduksi
bata, genteng, dan kerupuk, skala rumah tangga.
Kemudian sampailah kami di tempat tujuan. Tempat
yang masih sama dengan sedikit perubahan di sekitarnya. Masih sama karena saya
masih menjumpai orang yang membuat bata di rumah mereka. Sedikit berbeda karena
rumah sepupu sudah direparasi. Sambutan hangat dari sepupu dan suaminya. Kami disuguhi
makanan dan minuman. Keluarga besar berkumpul dan arisan dimulai.
Saya memang tidak terlalu akrab dengan sepupu karena
jarak yang memisahkan kami sehingga hanya sesekali saja menyapa lewat telepon,
hanya sesekali saja berbagi cerita lewat pesan singkat. Namun saat kami
bertemu, ada kerinduan yang terobati. Setelah sekian lama tidak berjumpa,
memang pertemuanlah yang menjadi hujan setelah kemarau. Sepupuku itu adalah ibu
dari tiga orang anak laki-laki. Ketegaran dan kesabarannya sudah teruji saat
anaknya yang ketiga harus bolak balik ke rumah sakit untuk pemeriksaan dan kemoterapi.
Ibu yang mana yang tidak sedih jika anaknya sakit namun seorang ibu sangatlah
hebat, menyembunyikan keletihan dan kesedihannya di depan semua orang, berjuang
tanpa kenal menyerah, apapun dilakukan demi kesembuhan anaknya. Dia secara langsung
maupun tidak langsung memotivasi diri saya untuk menjadi ibu yang lebih baik
lagi.
Setelah arisan selesai, kami melanjutkan perjalanan
ke rumah sepupu ibu saya yang tempat tinggalnya masih di kecamatan yang sama. Karena
masih suasana Idul Fitri, kami menyempatkan diri untuk singgah. Di sana kami
disuguhi makanan khas lebaran. Tak ada yang spesial karena sajian lebaran
memang umum begitulah adanya. Namun ada satu makanan yang istimewa. Bukan
karena jenis makanan yang aneh tapi karena makanan itu dibuat oleh suami sepupu
ibu saya. Jika sudah pernah makan tape ketan pasti tahulah bagaimana rasanya. Apa istimewanya? Beberapa tahun terakhir
sepupu ibu saya terkena diabetes, puncaknya telapak kakinya harus sedikit
diamputasi. Keadaan itu membuat, sepupu ibu tidak bisa lagi beraktifitas dengan
normal. Beberapa aktivitas harus dibantu oleh suami dan anak-anaknya. Dan sang
suami membuktikan rasa cintanya dengan menggantikan istrinya membuat tape ketan
sebagai suguhan bagi para tamu yang datang. Cinta memang tak melulu harus
dikatakan. Mereka adalah pasangan suami istri yang sudah berpuluh tahun
mengarungi rumah tangga. Kata-kata cinta mungkin tak lagi terasa di hati, tapi
pembuktian cinta lewat tingkah laku adalah hal yang begitu menyentuh hati.
Begitulah perjalanan saya dari Bandar Lampung ke
Kalirejo. Memang bukanlah perjalanan yang panjang, namun jika kita memaknai
setiap langkah perjalanan itu, maka perjalanan itu menjadi kenangan manis yang
begitu bermakna. Semoga kelak jika saya melakukan perjalanan lagi, saya bisa
mengabadikan lewat foto-foto yang saya ambil sendiri. Tulisan ini adalah Tugas Kelas Ngeblog Seru 2 bersama
Naqiyyah Syam.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. Silakan berkomentar yang sopan ya :)
Jangan lupa follow IG @ummi_lilihmuflihah dan Twitter @UmmiLilih